HAMA-HAMA TANAMAN PANGAN
(Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tumbuhan)
Oleh
Annove Kurnia
Arofi
1314121018
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hama merupakan suatu organisme yang mengganggu
tanaman,merusak tanaman dan menimbulkan kerugian secara ekonomi,membuat
produksi suatu tanaman berkurang dan dapat juga menimbulkan kematian pada
tanaman,serangga hama mempunyai bagian tubuh yang utama yaitu caput, abdomen
,dan thorax. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melanjutkan
kehidupannya di muka bumi. Sebagai salah satu kebutuhan primer manusia
disamping sandang dan papan, kebutuhan akan pangan menjadi penting untuk
diperhatikan.
Tanaman pangan merupakan jenis–jenis tanaman yang mengandung
karbohidrat,yang merupakan sumber pangan bagi manusia,sedangkan tanaman
hortikultura merupakan tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung
protein dan lainnya. Untuk
mencegah kerugian akibat serangan hama yang menyerang tanaman pangan ini perlu
dilakukan pendekatan terhadap jenis-jenis hama yang menyerangnya, karena dengan teknik budidaya yang tepat dan benar
diharapkan hasil tanaman pangan akan meningkat seiring dengan kebutuhan
masyarakat. Oleh karena itu dilakukan praktikum mengenai hama-hama tanaman
pangan.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun
tujuan dari percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
beberapa jenis hama yang menyerang tanamn pangan
2. Mengenali
beberapa gejala yang menyerang tanaman padi akibat serangan hama
II. METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
Adapun
alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah mikroskop, pena dan kertas.
Sedangkan bahan yang digunaan pada percobaan kali ini adalah walang sangit,
kepik hijau, kepik penghisap polong kedelai, wereng jagung, anjing tanah, ulat
grayak dan kutu daun.
2.2 Prosedur Percobaan
Prosedur
kerja pada percobaan kali ini adalah mengamati tiap-tiap spesimen yang telah
disediakan secara langsung maupun dengan bantuan mikroskop. Kemudian mencatat
hasil pengamatan tersebut dikertas dengan disertai gambar dari tiap-tiap spesimen.
III. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Adapun
hasil dari pengamatan yang telah dilakukan adalah:
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Walang
Sangit
|
|
2.
|
Kepik
Hijau
|
|
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
3.
|
Kepik
Penghisap Polong Kedelai
|
|
4.
|
Wereng
Jagung
|
|
5.
|
Anjing
Tanah
|
|
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
6.
|
Ulat
Grayak
|
|
7.
|
Kutu
Daun
|
|
3.2 Pembahasan
Serangga
adalah penyebab utama kehilangan bahan selama penyimpanan, khususnya di daerah
tropis. Pernyataan ini diperkuat oleh Christensen dan Kauffmann (1969) yang
mengemukakan bahwa dari total angka perkiraan kehilangan biji-bijian di seluruh
dunia paling sedikit 50 persen disebabkan oleh serangga. Bagi serangga,
komoditas pangan yang disimpan di gudang merupakan sumber makanan sekaligus
habitat untuk berkembang biak dan selanjutnya menghancurkan lingkungan
tersebut. Perpindahan komoditi pangan antar gudang penyimpanan dapat
menyebabkan hama gudang tersebar dengan cepat (Hadioetomo, 1993).
Penyakit
tanaman biasanya disebabkan oleh beberapa faktor seperti bakteri, jamur, virus
dan nematoda, cara penyerangan dan gejala yang ditimbulkan oleh penyebab
penyakit tersebut bebeda, seperti virus dapat menguntungkan dan tidak perlu
pengobatan dan pencegahan karena dapat bermanfaat secara ekonomi seperti
perpecahan warna pada bunga, sehingga menyebabkan bunga mempunyai warna lebih
dari satu warna( Matnawy. 1989).
1. Walang
sangit
Klasifikasi
ilmiah:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Alydidae
Genus : Leptocorisa
Spesies : Leptocorisa acuta
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Alydidae
Genus : Leptocorisa
Spesies : Leptocorisa acuta
Walang
sangit (Leptocorisa oratorius) secara umum morfologi tersusun dari
antenna, caput, toraks, abdomen, tungkai depan, tungkai belakang, sayap depan
dan sayap belakang. Serangga ini memiliki sayap depan yang keras, tebal dan
tanpa vena. Sayap belakang bertipe membranus dan terlipat dibawah sayap dengan
saat serangga istirahat. Tipe alat mulut yaitu penggigit-pengunyah dengan
kemampuan mandibular berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya
dari suku Curculionadae alat mulutnya terbentuk moncong yang terbentuk di depan
kepala (Sudarmo, 2000).
Nimfa berukuran
lebih kecil dari dewasa dan tidak bersayap. Lama periode nimfa rata-rata 17,1
hari. Pada umumnya nimfa berwarna hijau muda dan menjadi coklat
kekuning-kuningan pada bagian abdomen dan sayap coklat saat dewasa. Walaupun
demikian warna walang sangit ini lebih ditentukan oleh makanan pada periode
nimfa. Bagian ventral abdomen walang sangit berwarna coklat kekuning-kuningan
jika dipelihara pada padi, tetapi hijau keputihan bila dipelihara pada
rumput-rumputan. Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat,
berukuran panjang sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm dengan tungkai dan antenna
yang panjang.
Setelah menjadi imago, serangga ini baru dapat kawin setelah 4-6 hari, dengan masa pra peneluran 8,1 dan daur hidup walang sangit antara 32-43 hari. Lama periode bertelur rata-rata 57 hari (berkisan antara 6-108 hari, sedangkan serangga dapat hidup selama rata-rata 80 hari (antara 16-134 hari).
Setelah menjadi imago, serangga ini baru dapat kawin setelah 4-6 hari, dengan masa pra peneluran 8,1 dan daur hidup walang sangit antara 32-43 hari. Lama periode bertelur rata-rata 57 hari (berkisan antara 6-108 hari, sedangkan serangga dapat hidup selama rata-rata 80 hari (antara 16-134 hari).
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Walang sangit (Leptocorixa
acuta), menyebabkan tanaman yang terserang terutama tanaman padi buli
padinya hampa atau kosong, pengendaliannya yaitu dengan cara melakukan
penanaman serempak pada suatu daerah yang luas sehingga koloni walang sangit
tidak terkonsentrasi di satu tempat sekaligus menghindari kerusakan yang berat.
Pada awal fase generstif dianjurkan untuk menanggulangi walang sangit dengan
perangkap dari tumbuhan rawa dan bangkai hewan kodok, kepiting, udang dan
sebagainya. Walang sangit yang tertangkap lalu dibakar (Saleh, 2008).
2. Kepik
hijau
Klasifikasi
ilmiah:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Pentatomidap
Genus : Nezara
Spesies : Nezara vindula
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Pentatomidap
Genus : Nezara
Spesies : Nezara vindula
Siklus
hidup dari kepik hijau ini bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam
perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa. Bentuk nimfa
memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kepik
hijau (Nezara viridula), menyebabkan tanaman yang
terserang terutama tanaman padi biji padi mengempis, pengendalian
yaitu dengan cara pergiliran tanaman, penanaman serempak, dan pengamatan
secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida.
Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara ekonomi jika intensitas
serangan penggerek polong lebih dari 2 % atau jika ditemukan sepasang populasi
penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari setelah
tanam.
3. Kepik
penghisap polong kedelai
Klasifikasi
ilmiah:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Coreoidea
Genus : Riptortus
Spesies : Riptortus linearis
Siklus
hidup R. linearis meliputi stadium telur, nimfa yang terdiri atas lima
instar, dan stadium imago. Imago (Gambar 1a) berbadan panjang dan berwarna
kuning kecokelatan dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi badannya.
Imago datang pertama kali di pertanaman kedelai saat tanaman mulai berbunga
dengan meletakkan telur satu per satu pada permukaan atas dan bawah daun.
Seekor imago betina mampu bertelur hingga 70 butir selama 4– 47 hari. Imago
jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk perutnya, yaitu imago jantan
ramping dengan panjang 11– 13 mm dan betina agak gemuk dengan panjang 13–14 mm.
Pengendalian
hama pengisap polong kedelai adalah dengan cara menanam serempak tidak lebih dari
10 hari, pengumpulan kepik dewasa ataupun nimfa untuk dimusnahkan, menjaga
kebersihan lahan dari tanaman penganggu atau gulma, menggunakan pestisida
apabila serangan telah melampaui batas ambang kendali.
Kepik
menyerang dengan cara menghisap polong sehingga menjadi kosong atau
kempis (biji tidak terbentuk) dan polong muda akan gugur. Sedangkan polong tua
yg diserang kepik ini menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik kecil
berwarna hitam, selanjutnya biji tersebut akan membusuk.
4. Wereng
jagung
Klasifikasi
ilmiah:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Delphacidae
Genus : Peregrinus
Binatang ini sangat betah hidup di daerah yang lembab
dan bersuhu sekitar 200c - 300c, mempunyai
siklus hidup antara 3-4 minggu yang dimulai dari telur (selama 7-10 hari),
Nimfa (8 - 17 hari) dan Imago (18 - 28 hari). Serangga wereng dewasa berukuran
panjang 0,1 - 0,4 cm. wereng dewasa bersayap panjang dapat menyebar sampai
beratus kilometer.
Gejala serangannya menyebabkan daun dan batang
tumbuhan berlubang-lubang ,daun dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya
mati.
Cara pengendaliannya yaitu : Pengaturan pola tanam,
yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran
tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan
cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 s/d 2 bulan
Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya
laba-laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan
Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata,
dan Synarmonia octomaculata. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan
insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak mungkin untuk dilakukan.
Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan
aman bagi lingkungan.
5.
Anjing
tanah
Klasifikasi
ilmiah:
Kerajaan : Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Gyllotalpidae
Genus : Gryllotalpha
Spesies : Gryllotalpha sp.
Orong – orong tinggal
dibawah permukaan tanah. Imago menyerupai jengkrik, panjang kira – kira 3 cm,
dan berwarna merah tua. Mempunyai sepasang kaki depan yang kuat untuk
melindungi diri, dan terbang pada malam
hari.
Telur berwarna putih
kekuning – kuningan, diletakkan pada sel – sel keras yang dibuat dari tanah.
Didalam satu sel terdapat 30 – 50 butir telur. Nimfa seperti serangga
dewasa, tetapi ukurannya lebih kecil. Sifatnya sangat polifag, mamakan akar,
umbi, tanaman muda dan serangga kecil seperti kutu daun. Lamanya daur hidup 3 –
4 bulan.
Anjing
tanah tinggal didalam tanah, anjing
tanah pada dasarnya adalah karnivora. Namun terkadang anjing tanah ini
menyerang akar tanaman padi sehingga menyebabkan kerusakan pada padi dan bahkan
dapat menimbulkan kematian pada padi yang diserang.
Pengendalian :
a. Kultur Teknis
Penggunaan pupuk kandang yang matang dapat mengurangi
serangan Gryllotalpa sp.
Menjaga kebersihan kebun (sanitasi) dapat mengurangi
serangan Gryllotalpa sp.
b. Fisik/Mekanik
Pemasangan umpan beracun yang terdiri dari 10 kg dedak
dicampur dengan 100 ml insektisida yang dianjurkan kemudian campuran tersebut
diaduk secara merata dan disebar diatas bedengan pertanaman pada senja hari
c. Biologi
Pemanfaatan musuh alami
seperti predator Chlaenius, Labidura
riparia, parasitoid Neothrombium
gryllotalpae , dan pathogen serangga Beauveria
bassiana, Paecilomyces sp.
6. Ulat
grayak
Klasifikasi
ilmiah:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera litura
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera litura
Imago betina meletakkan telur pada daun bawang secara
berkelompok dan ditutupi oleh bulu-bulu atau sisik dari induknya. Tiap kelompok
telur maksimum terdapat 80 butir. Jumlah telur yang dihasilkan seekor betina
sekitar 1.000 butir. Telur berwarna putih,
berbentuk bulat sampai bulat telur (lonjong) dengan ukuran sekitar 0,5 mm.
Setelah 2-6 hari telur menetas menjadi larva.
Larva (ulat) muda terdiri
dari enam instar kadang ada juga yang lima instar. Larva berwarna hijau dengan
garis-garis hitam pada punggungnya, berukuran 1,2 – 1,5 mm. Sedangkan larva
instar lanjut (2-5), berwarna hijau (umumnya didataran rendah) dan berwarna
cokelat (umumnya didataran tinggi), dengan garis kuning pada punggungnya. Larva
berukuran antara 1,5 – 19 mm, aktif pada malam hari, dan stadium larva
berlangsung selama 8-10 hari. Setelah melalui instar akhir, larva mejatuhkan
diri ke tanah untuk berkepompong (pupa). Larva S.exigua mempunyai sifat polifag (pemakan segala).
Pupa berwarna cokelat
muda dengan panjang 9-11 mm. Pupa berada di dalam tanah ± 1 cm, dan sering
dijumpai juga pada pangkal batang, terlindung di bawah daun kering. Lama hidup
pupa berkisar antara 6 – 7 hari. Siklus hidup dari telur sampai imago adalah 3 – 4 minggu. Ngengat mempunyai sayap depan
berwarna cokelat tua dengan garis-garis kurang tegas dan terdapat bintik-bintik
hitam, rentangan sayap antara 25-30 mm. Sayap belakang berwarna keputih-putihan
dan tepinya bergaris-garis hitam. Ngengat betina mulai bertelur pada umur 2-10
hari.
Gejala serangan ditandai dengan daun tanaman meranggas,
biasanya hanya tersisa tulang daunnya saja. Pada serangan parah, tanaman akan
gundul kehabisan daun. Jika populasinya sangat tinggi, larva pada stadium akhir
dapat menghabisi seluruh daun tanaman hanya dalam waktu semalam.
Pengendalian ulat grayak ini dapat dilakukan dengan cara
biologis, yaitu dengan menitik beratkan pada pemanfaatan musuh alaminya.
Terdapat beberapa musuh alami ulat grayak baik dari jenis predator, parasitoid,
maupun patogen. Beberapa jenis predator yang bisa dimanfaatkan untuk menekan
populasi ulat grayak antara lain Lycosa
pseudoannnulata (Araceae), Paederus fuscipes (Coleoptera), Euburellia stali (Dermaptera), dan Eocantheocona
furcellata (Hemiptera).
Sementara itu, jenis parasitoid yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan
ulat grayak adalah Apanteles
sp. (Hymenoptera), dan Telenomus sp.(Hymenoptera).
Sedangkan patogen yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan ulat grayak
adalah SlNPV dan Beauveria
bassiana.
Sedangkan pengendalian secara mekanik dapat dilakukan
dengan cara penangkapan secara manual, terutama terhadap larva. Pengendalian
ini efektif dilakukan pada malam hari. Jika ditemukan sekumpulan telur yang
berada di permukaan daun dan diselimuti seperti benang kelamat segera dimusnahkan.
7. Kutu
daun
Klasifikasi
ilmiah:
Kingdom : Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Homoptera
Kelas : Insecta
Ordo : Homoptera
Famili :
Aphididae
Genus :
Aphis
Spesies : Aphis
glycines
Siklus hidup kutu daun dimulai dari telur yang menetas pada umur 3 sd 4
hari setelah diletakan. Telur menetas menjadi larva dan hidup selama 14 sd 18
hari dan berubah menjadi imago. Imago kutu daun mulai bereproduksi pada umur 5
sd 6 hari pasca perubahan dari larva menjadi imago. Imago kutu daun dapat
bertelur sampai 73 telur selama hidupnya.
Gejala dari
serangan kutu daun pada stadia yang merusak
adalah nimfa dan imago yang umumnya mengisap pada bagian daun permukaan bawah,
kuncup, batang muda. Tanaman yang terserang akan terhambat pertumbuhannya
menjadi lemah dan kehilangan warna daun, mengkerut dan akhirnya menyebabkan
penurunan hasil produksi.
Pengendalian:
a.
Kultur
Teknis
Pemupukan yang berimbang, pupuk N (200 kg/ha Urea + 400
kg/ha ZA), P2O5 (250 kg/ha TSP) dan K2O (300 kg/ha KCL),
Sanitasi dan pemusnahan gulma dan bagian tanaman yang
terserang dengan cara dibakar,
Tumpang sari kentang dengan tanaman bawang daun dapat
menghadang serangan M. persicae, dan tanaman cabai atau tomat dengan
tegetes untuk mengurangi risiko serangan,
Menanam pinggiran lahan dengan tanaman jagung, tagetes, orok
– orok dan kacang panjang sebagai barier dan memperbanyak populasi agens hayati
(terutama pada tanaman cabai),
Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman bukan inang virus
(terutama bukan famili Solanaceae seperti tomat, cabai, dan Cucurbitaceae
seperti mentimun). Pergiliran tanaman harus per hamparan, tidak perorangan,
serentak dan seluas mungkin,
Sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan gulma berdaun
lebar babadotan dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus,
Pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu rapat.
b.
Fisik/Mekanik
Penggunaan perangkap likat berwarna kuning sebanyak 40 buah
per hektar atau 2 buah per 500 m2 di pasang di tengah pertanaman dengan
ketinggian + 50 cm (sedikit di atas tajuk tanaman) sejak tanaman berumur 2
minggu. Setiap minggu perangkap diolesi dengan oli atau perekat. Pemasangan
kelambu di pembibitan dan tanaman barrier dilapangan (terutama untuk tanaman
bawang merah dan cabai), Sisa tanaman yang terserang dikumpulkan dan dibakar.
c.
Biologi
Pemanfaatan musuh alami parasitoid Aphidius sp., dan Aphelinus
sp., predator kumbang Coccinella transversalis, Menochillus
sexmaculata, Chrysopa sp., larva syrphidae, Harmonia octomaculata,
Microphis lineata, Micoromus pusillus, Veranius sp., dan
pathogen Entomophthora sp., Verticillium sp.
d.
Kimiawi
Jika
saat pengamatan ditemukan 7 ekor kutu daun /10 tanaman contoh atau persentase
kerusakan oleh serangan hama pengisap telah mencapai 15% per tanaman contoh
dianjurkan menggunakan insektisida kimia sintetik yang terdaftar dan diizinkan
oleh Menteri Pertanian, misalnya yang berbahan aktif profenofos, deltametrin,
abamektin, sipermetrin dan imidakloprid.
DAFTAR
PUSTAKA
Hadioetomo,
R. S., 1993, Mikrobiologi
Dasar dalam Praktek, Gramedia : Jakarta
Matnawy.
1989. Pelindung Tanaman. Yogyakarta:
Kanisius
Saleh,
2008. Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian. Kanisius,
Jogjakarta.
Sudarmo,
S. 2000. Tembakau Pengendalian Hama dan
Penyakit. Kanisius. Yogyakarta
IV. KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan dari percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Hama
– hama yang menyerang tanaman pangan diantaranya adalah walang sangit, kepik
hijau, kepik penghisap polong kedelai, wereng jagung, anjing tanah, ulat grayak
dan kutu daun.
2. Gejala
tanaman padi yang terserang oleh hama walang sangit adalah hampanya bulir pada
tanaman padi, sedangkan gejala yang ditibulkan oleh kepik hijau adalah tanaman
padi yang diserangnya mengakibatkan bulir-bulir padi menjadi kehilangan
setengah isinya atau berkurang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar