Rabu, 19 November 2014

hama-hama tanaman pangan



HAMA-HAMA TANAMAN PANGAN
(Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tumbuhan)



Oleh
Annove Kurnia Arofi
1314121018
    

                                                    







JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
I.  PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Hama merupakan suatu organisme yang mengganggu tanaman,merusak tanaman dan menimbulkan kerugian secara ekonomi,membuat produksi suatu tanaman berkurang dan dapat juga menimbulkan kematian pada tanaman,serangga hama mempunyai bagian tubuh yang utama yaitu caput, abdomen ,dan thorax. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melanjutkan kehidupannya di muka bumi. Sebagai salah satu kebutuhan primer manusia disamping sandang dan papan, kebutuhan akan pangan menjadi penting untuk diperhatikan.

Tanaman pangan merupakan jenis–jenis tanaman yang mengandung karbohidrat,yang merupakan sumber pangan bagi manusia,sedangkan tanaman hortikultura merupakan tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung protein dan lainnya. Untuk mencegah kerugian akibat serangan hama yang menyerang tanaman pangan ini perlu dilakukan pendekatan terhadap jenis-jenis hama yang menyerangnya, karena dengan teknik budidaya yang tepat dan benar diharapkan hasil tanaman pangan akan meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu dilakukan praktikum mengenai hama-hama tanaman pangan.

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
1.     Mengetahui beberapa jenis hama yang menyerang tanamn pangan
2.     Mengenali beberapa gejala yang menyerang tanaman padi akibat serangan hama

























II.    METODOLOGI PERCOBAAN


2.1   Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah mikroskop, pena dan kertas. Sedangkan bahan yang digunaan pada percobaan kali ini adalah walang sangit, kepik hijau, kepik penghisap polong kedelai, wereng jagung, anjing tanah, ulat grayak dan kutu daun.


2.2  Prosedur Percobaan

Prosedur kerja pada percobaan kali ini adalah mengamati tiap-tiap spesimen yang telah disediakan secara langsung maupun dengan bantuan mikroskop. Kemudian mencatat hasil pengamatan tersebut dikertas dengan disertai gambar dari tiap-tiap spesimen.









III.  HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil dari pengamatan yang telah dilakukan adalah:
No
Gambar
Keterangan
1.
Walang Sangit

2.
Kepik Hijau



No
Gambar
Keterangan
3.
Kepik Penghisap Polong Kedelai

4.
Wereng Jagung

5.
Anjing Tanah


No
Gambar
Keterangan
6.
Ulat Grayak

7.
Kutu Daun



3.2 Pembahasan

Serangga adalah penyebab utama kehilangan bahan selama penyimpanan, khususnya di daerah tropis. Pernyataan ini diperkuat oleh Christensen dan Kauffmann (1969) yang mengemukakan bahwa dari total angka perkiraan kehilangan biji-bijian di seluruh dunia paling sedikit 50 persen disebabkan oleh serangga. Bagi serangga, komoditas pangan yang disimpan di gudang merupakan sumber makanan sekaligus habitat untuk berkembang biak dan selanjutnya menghancurkan lingkungan tersebut. Perpindahan komoditi pangan antar gudang penyimpanan dapat menyebabkan hama gudang tersebar dengan cepat (Hadioetomo, 1993).

Penyakit tanaman biasanya disebabkan oleh beberapa faktor seperti bakteri, jamur, virus dan nematoda, cara penyerangan dan gejala yang ditimbulkan oleh penyebab penyakit tersebut bebeda, seperti virus dapat menguntungkan dan tidak perlu pengobatan dan pencegahan karena dapat bermanfaat secara ekonomi seperti perpecahan warna pada bunga, sehingga menyebabkan bunga mempunyai warna lebih dari satu warna( Matnawy. 1989).

1.     Walang sangit

Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan         : Animalia
Filum              : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Hemiptera
Famili             : Alydidae
Genus              : Leptocorisa
Spesies            : Leptocorisa acuta 

Walang sangit (Leptocorisa oratorius) secara umum morfologi tersusun dari antenna, caput, toraks, abdomen, tungkai depan, tungkai belakang, sayap depan dan sayap belakang. Serangga ini memiliki sayap depan yang keras, tebal dan tanpa vena. Sayap belakang bertipe membranus dan terlipat dibawah sayap dengan saat serangga istirahat. Tipe alat mulut yaitu penggigit-pengunyah dengan kemampuan mandibular berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionadae alat mulutnya terbentuk moncong yang terbentuk di depan kepala (Sudarmo, 2000).

Nimfa berukuran lebih kecil dari dewasa dan tidak bersayap. Lama periode nimfa rata-rata 17,1 hari. Pada umumnya nimfa berwarna hijau muda dan menjadi coklat kekuning-kuningan pada bagian abdomen dan sayap coklat saat dewasa. Walaupun demikian warna walang sangit ini lebih ditentukan oleh makanan pada periode nimfa. Bagian ventral abdomen walang sangit berwarna coklat kekuning-kuningan jika dipelihara pada padi, tetapi hijau keputihan bila dipelihara pada rumput-rumputan. Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat, berukuran panjang sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm dengan tungkai dan antenna yang panjang.

Setelah menjadi imago,  serangga ini baru dapat kawin setelah 4-6 hari, dengan masa pra peneluran 8,1 dan daur hidup walang sangit antara 32-43 hari. Lama periode bertelur rata-rata 57 hari (berkisan antara 6-108 hari, sedangkan serangga dapat hidup selama rata-rata 80 hari (antara 16-134 hari).
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Walang sangit (Leptocorixa acuta), menyebabkan tanaman yang terserang terutama tanaman padi buli padinya hampa atau kosong, pengendaliannya yaitu dengan cara melakukan penanaman serempak pada suatu daerah yang luas sehingga koloni walang sangit tidak terkonsentrasi di satu tempat sekaligus menghindari kerusakan yang berat. Pada awal fase generstif dianjurkan untuk menanggulangi walang sangit dengan perangkap dari tumbuhan rawa dan bangkai hewan kodok, kepiting, udang dan sebagainya. Walang sangit yang tertangkap lalu dibakar (Saleh, 2008).

2.     Kepik hijau

Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan         : Animalia
Filum              : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Hemiptera
Family            : Pentatomidap
Genus              : Nezara
Spesies            : Nezara vindula

Siklus hidup dari kepik hijau ini bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kepik hijau (Nezara viridula), menyebabkan tanaman yang terserang terutama tanaman padi biji padi mengempis, pengendalian yaitu dengan cara pergiliran tanaman, penanaman serempak, dan pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2 % atau jika ditemukan sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari setelah tanam.


3.     Kepik penghisap polong kedelai

Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan         :  Animalia
Filum              :  Arthropoda
Kelas               :  Insecta
Ordo                :  Hemiptera
Famili             :  Coreoidea
Genus              :  Riptortus
Spesies            :  Riptortus linearis

Siklus hidup R. linearis meliputi stadium telur, nimfa yang terdiri atas lima instar, dan stadium imago. Imago (Gambar 1a) berbadan panjang dan berwarna kuning kecokelatan dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi badannya. Imago datang pertama kali di pertanaman kedelai saat tanaman mulai berbunga dengan meletakkan telur satu per satu pada permukaan atas dan bawah daun. Seekor imago betina mampu bertelur hingga 70 butir selama 4– 47 hari. Imago jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk perutnya, yaitu imago jantan ramping dengan panjang 11– 13 mm dan betina agak gemuk dengan panjang 13–14 mm.

Pengendalian hama pengisap polong kedelai adalah dengan cara menanam serempak tidak lebih dari 10 hari, pengumpulan kepik dewasa ataupun nimfa untuk dimusnahkan, menjaga kebersihan lahan dari tanaman penganggu atau gulma, menggunakan pestisida apabila serangan telah melampaui batas ambang kendali.

Kepik menyerang dengan  cara menghisap polong sehingga menjadi kosong atau kempis (biji tidak terbentuk) dan polong muda akan gugur. Sedangkan polong tua yg diserang kepik ini menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik kecil berwarna hitam, selanjutnya biji tersebut akan membusuk.


4.     Wereng jagung

Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan         :  Animalia
Filum              :  Arthropoda
Kelas               :  Insecta
Ordo                :  Hemiptera
Famili             Delphacidae
Genus              Peregrinus
Spesies            :  Peregrinus maidis

Binatang ini sangat betah hidup di daerah yang lembab dan bersuhu sekitar 200c  - 300c, mempunyai siklus hidup antara 3-4 minggu yang dimulai dari telur (selama 7-10 hari), Nimfa (8 - 17 hari) dan Imago (18 - 28 hari). Serangga wereng dewasa berukuran panjang 0,1 - 0,4 cm. wereng dewasa bersayap panjang dapat menyebar sampai beratus kilometer.

Gejala serangannya menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang-lubang ,daun dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya mati.

Cara pengendaliannya yaitu : Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 s/d 2 bulan Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba-laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.

5.     Anjing tanah

Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan         : Animalia
Filum              : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Orthoptera
Famili             : Gyllotalpidae
Genus              : Gryllotalpha
Spesies            Gryllotalpha sp.

Orong – orong tinggal dibawah permukaan tanah. Imago menyerupai jengkrik, panjang kira – kira 3 cm, dan berwarna merah tua. Mempunyai sepasang kaki depan yang kuat untuk melindungi diri, dan terbang pada malam  hari. Telur berwarna putih kekuning – kuningan, diletakkan pada sel – sel keras yang dibuat dari tanah. Didalam satu sel terdapat 30 – 50 butir telur. Nimfa seperti serangga dewasa, tetapi ukurannya lebih kecil. Sifatnya sangat polifag, mamakan akar, umbi, tanaman muda dan serangga kecil seperti kutu daun. Lamanya daur hidup 3 – 4 bulan.

Anjing  tanah tinggal didalam tanah, anjing tanah pada dasarnya adalah karnivora. Namun terkadang anjing tanah ini menyerang akar tanaman padi sehingga menyebabkan kerusakan pada padi dan bahkan dapat menimbulkan kematian pada padi yang diserang.

Pengendalian :
a.      Kultur Teknis
Penggunaan pupuk kandang yang matang dapat mengurangi serangan Gryllotalpa sp.
Menjaga kebersihan kebun (sanitasi) dapat mengurangi serangan Gryllotalpa sp.
b.     Fisik/Mekanik
Pemasangan umpan beracun yang terdiri dari 10 kg dedak dicampur dengan 100 ml insektisida yang dianjurkan kemudian campuran tersebut diaduk secara merata dan disebar diatas bedengan pertanaman pada senja hari
c.       Biologi
Pemanfaatan musuh alami seperti predator Chlaenius, Labidura riparia, parasitoid Neothrombium gryllotalpae , dan pathogen serangga Beauveria bassiana, Paecilomyces sp.

6.     Ulat grayak

Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan         : Animalia
Filum              : Arthropoda
Kelas               : Insekta
Ordo                : Lepidoptera
Famili                         : Noctuidae
Genus              : Spodoptera
Spesies            : Spodoptera litura

Imago betina meletakkan telur pada daun bawang secara berkelompok dan ditutupi oleh bulu-bulu atau sisik dari induknya. Tiap kelompok telur maksimum terdapat 80 butir. Jumlah telur yang dihasilkan seekor betina sekitar 1.000 butir. Telur berwarna putih, berbentuk bulat sampai bulat telur (lonjong) dengan ukuran sekitar 0,5 mm. Setelah 2-6 hari telur menetas menjadi larva.

Larva (ulat) muda terdiri dari enam instar kadang ada juga yang lima instar. Larva berwarna hijau dengan garis-garis hitam pada punggungnya, berukuran 1,2 – 1,5 mm. Sedangkan larva instar lanjut (2-5), berwarna hijau (umumnya didataran rendah) dan berwarna cokelat (umumnya didataran tinggi), dengan garis kuning pada punggungnya. Larva berukuran antara 1,5 – 19 mm, aktif pada malam hari, dan stadium larva berlangsung selama 8-10 hari. Setelah melalui instar akhir, larva mejatuhkan diri ke tanah untuk berkepompong (pupa). Larva S.exigua mempunyai sifat polifag (pemakan segala).

Pupa berwarna cokelat muda dengan panjang 9-11 mm. Pupa berada di dalam tanah ± 1 cm, dan sering dijumpai juga pada pangkal batang, terlindung di bawah daun kering. Lama hidup pupa berkisar antara 6 – 7 hari. Siklus hidup dari telur sampai imago adalah 3 – 4 minggu. Ngengat mempunyai sayap depan berwarna cokelat tua dengan garis-garis kurang tegas dan terdapat bintik-bintik hitam, rentangan sayap antara 25-30 mm. Sayap belakang berwarna keputih-putihan dan tepinya bergaris-garis hitam. Ngengat betina mulai bertelur pada umur 2-10 hari.

Gejala serangan ditandai dengan daun tanaman meranggas, biasanya hanya tersisa tulang daunnya saja. Pada serangan parah, tanaman akan gundul kehabisan daun. Jika populasinya sangat tinggi, larva pada stadium akhir dapat menghabisi seluruh daun tanaman hanya dalam waktu semalam.

Pengendalian ulat grayak ini dapat dilakukan dengan cara biologis, yaitu dengan menitik beratkan pada pemanfaatan musuh alaminya. Terdapat beberapa musuh alami ulat grayak baik dari jenis predator, parasitoid, maupun patogen. Beberapa jenis predator yang bisa dimanfaatkan untuk menekan populasi ulat grayak antara lain Lycosa pseudoannnulata (Araceae), Paederus fuscipes (Coleoptera), Euburellia stali (Dermaptera), dan Eocantheocona furcellata (Hemiptera). Sementara itu, jenis parasitoid yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan ulat grayak adalah Apanteles sp. (Hymenoptera), dan Telenomus sp.(Hymenoptera). Sedangkan patogen yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan ulat grayak adalah SlNPV dan Beauveria bassiana.

Sedangkan pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan cara penangkapan secara manual, terutama terhadap larva. Pengendalian ini efektif dilakukan pada malam hari. Jika ditemukan sekumpulan telur yang berada di permukaan daun dan diselimuti seperti benang kelamat segera dimusnahkan.

7.     Kutu daun

Klasifikasi ilmiah:
Kingdom         : Animalia
Filum              : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Homoptera
Famili             : Aphididae 
Genus              : Aphis
Spesies            Aphis glycines

Siklus hidup kutu daun dimulai dari telur yang menetas pada umur 3 sd 4 hari setelah diletakan. Telur menetas menjadi larva dan hidup selama 14 sd 18 hari dan berubah menjadi imago. Imago kutu daun mulai bereproduksi pada umur 5 sd 6 hari pasca perubahan dari larva menjadi imago. Imago kutu daun dapat bertelur sampai 73 telur selama hidupnya.

Gejala dari serangan kutu daun pada stadia yang merusak adalah nimfa dan imago yang umumnya mengisap pada bagian daun permukaan bawah, kuncup, batang muda. Tanaman yang terserang akan terhambat pertumbuhannya menjadi lemah dan kehilangan warna daun, mengkerut dan akhirnya menyebabkan penurunan hasil produksi.

Pengendalian:
a.     Kultur Teknis
Pemupukan yang berimbang, pupuk N (200 kg/ha Urea + 400 kg/ha ZA), P2O5 (250 kg/ha TSP) dan K2O (300 kg/ha KCL),
Sanitasi dan pemusnahan gulma dan bagian tanaman yang terserang dengan cara dibakar,
Tumpang sari kentang dengan tanaman bawang daun dapat menghadang serangan M. persicae, dan tanaman cabai atau tomat dengan tegetes untuk mengurangi risiko serangan,
Menanam pinggiran lahan dengan tanaman jagung, tagetes, orok – orok dan kacang panjang sebagai barier dan memperbanyak populasi agens hayati (terutama pada tanaman cabai),
Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman bukan inang virus (terutama bukan famili Solanaceae seperti tomat, cabai, dan Cucurbitaceae seperti mentimun). Pergiliran tanaman harus per hamparan, tidak perorangan, serentak dan seluas mungkin,
Sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan gulma berdaun lebar babadotan dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus,
Pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu rapat.
b.     Fisik/Mekanik
Penggunaan perangkap likat berwarna kuning sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 di pasang di tengah pertanaman dengan ketinggian + 50 cm (sedikit di atas tajuk tanaman) sejak tanaman berumur 2 minggu. Setiap minggu perangkap diolesi dengan oli atau perekat. Pemasangan kelambu di pembibitan dan tanaman barrier dilapangan (terutama untuk tanaman bawang merah dan cabai), Sisa tanaman yang terserang dikumpulkan dan dibakar.
c.     Biologi
Pemanfaatan musuh alami parasitoid Aphidius sp., dan Aphelinus sp., predator kumbang Coccinella transversalis, Menochillus sexmaculata, Chrysopa sp., larva syrphidae, Harmonia octomaculata, Microphis lineata, Micoromus pusillus, Veranius sp., dan pathogen Entomophthora sp., Verticillium sp.
d.     Kimiawi
Jika saat pengamatan ditemukan 7 ekor kutu daun /10 tanaman contoh atau persentase kerusakan oleh serangan hama pengisap telah mencapai 15% per tanaman contoh dianjurkan menggunakan insektisida kimia sintetik yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, misalnya yang berbahan aktif profenofos, deltametrin, abamektin, sipermetrin dan imidakloprid.
















DAFTAR PUSTAKA


Hadioetomo, R. S., 1993,  Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia : Jakarta
Matnawy. 1989. Pelindung Tanaman. Yogyakarta: Kanisius
Saleh, 2008. Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian.  Kanisius, Jogjakarta.
Sudarmo, S. 2000. Tembakau Pengendalian Hama dan Penyakit. Kanisius. Yogyakarta















IV. KESIMPULAN


Adapun kesimpulan dari percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
1.     Hama – hama yang menyerang tanaman pangan diantaranya adalah walang sangit, kepik hijau, kepik penghisap polong kedelai, wereng jagung, anjing tanah, ulat grayak dan kutu daun.
2.     Gejala tanaman padi yang terserang oleh hama walang sangit adalah hampanya bulir pada tanaman padi, sedangkan gejala yang ditibulkan oleh kepik hijau adalah tanaman padi yang diserangnya mengakibatkan bulir-bulir padi menjadi kehilangan setengah isinya atau berkurang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar