INOKULASI
(Laporan
Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan)
Oleh
Annove Kurnia Arofi
1314121018

LABORATORIUM
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Gagalnya sel atau jaringan melaksanakan fungsi fisiologisnya
akibat gangguan terus-menerus oleh agen primer dan menimbulkan gejala merupakan
definisi dari penyakit tumbuhan, dalam ilmu penyakit patogen merupakan penyebab
penyakit pada tumbuhan. Salah satu cara untuk mengidentifikasi penyakit dengan
menggunakan metode postulat koch, metode ini menentukan kriteria yang
diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba spesifik merupakan penyebab penyakit
tertentu.
Inokulasi merupakan
salah satu metode dalam postulat Koch. Inokulasi
merupakan kegiatan pemindahan mikroorganisme baik berupa bakteri
maupun jamur
dari tempat atau sumber asalnya ke medium
baru yang telah dibuat dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi dan aseptis.
Untuk itu maka dilakukan praktikum mengenai inokulasi pada tanaman sehat agar
mahasiswa dapat mengetahui cara inokulasi dan mempraktekannya secara langsung.
1.2
Tujuan Percobaan
Adapun
tujuan dari percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
inokulasi metode postulat koch
2. Mengetahui
dan mempraktekan cara-cara inokulasi
I.
METODOLOGI
PERCOBAAN
1.1
Alat
dan Bahan
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah plastik pembungkus, nampan,
tissue, sedotan, jarum pentul. Bahan –bahan yang digunakan dalam praktikum kali
ini adalah cabai merah , cabai hijau ,air, isolasi biakan bakteri C. capsici
dan.
1.2 Prosedur Percobaan
Adapun
prosedur percobaan kali ini adalah tissue diletakkan diatas nampan dan dibasahi
dengan air samapi menjadi lembab. Diletakkan 5 sedotan secara sejajar diatas
tissue untuk diletakkan dua cabai merah dan dua cabai hijau. Satu cabai merah
dan satu cabai hijau terlebih dahulu di lukai dengan jarum dan diberi biakan
bakteri C. capsici , sedangkan yang lainnya sengaja tidak dilukai. Setelahnya
baru diletakkan cabai dan nampan ditutup dengan plastik dengan rapat. Setiap
hari dilakukan pengamatan dan dipastikan keadaan nampan selalu lembab agar
inokulasi yang diinginkan terjadi.
I.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1.1
Hasil
Pengamatan
Adapun hasil dari
percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
No
|
Gambar
|
Kelompok
|
Keterangan
|
1
|
![]() |
Kelompok 1
(tidak dilukai)
|
Terlihat gejala berupa bercak
kehitaman pada cabai
|
2
|
![]() |
Kelompok 2
(tidak dilukai)
|
Terlihat gejala berupa bercak
kehitaman pada cabai
|
3
|
![]() |
Kelompok 3
(tidak dilukai)
|
Gejala muncul pada hari ke 4, yaitu
pada hari Kamis
|
4
|
![]() |
Kelompok
4
(tidak
dilukai)
|
Tidak
Nampak gejala pada cabai, sehingga dapat dikatan percobaan tidak berhasil
|
5
|
![]() |
Kelompok
5
(dilukai)
|
Gejala
muncul pada hari ke 4, yaitu pada hari Kamis. Gejala berupa bercak hitam yang
meluas
|
6
|
![]() |
Kelompok
6
(dilukai)
|
Gejala
muncul pada hari ke 3, yaitu pada hari Rabu
|
7
|
![]() |
Kelompok
7
(dilukai)
|
Terlihat
gejala berupa bercak berwarna hitam pada cabai
|
8
|
![]() |
Kelompok
8
(dilukai)
|
Terlihat
gejala berupa bercak berwarna hitam pada cabai
|
3.2
Pembahasan
Faktor
yang mempengaruhi perkembangan penyakit antraknosa . Spora tumbuh
paling baik pada suhu 25-280C sedang di bawah 50C
dan di atas 400C tidak dapat berkecambah. Pada kondisi
yang lembab, bercak-bercak pada daun akan menghasilkan kumpulan konidia yang
berwarna putih. Faktor lingkungan yang kurang menguntungkan seperti peneduh
yang kurang, kesuburan tanah yang rendah, atau cabang yang menjadi lemah karena
adanya kanker batang. Jamur juga dapat mengadakan infeksi melalui bekas tusukan
atau gigitan serangga (Mahneli 2007).
Gejala antraknosa yang ditimbulkan tanaman
cabai apabila terserang oleh jenis cendawan Collectrochum capsici adalah menunjukkan bercak coklat
kehitaman pada buah, kemudian menyebar yang menyebabkan buah menjadi
busuk. Sehingga pada akhirnya cabai merah menjadi mengerut dan mengering
seperti jerami padi. Sedangkan apabila diserang oleh cendawan Gloesperium sp.menunjukkan bercak
cokelat dengan bintik-bintik berlekuk. Pada bagian tepi bintik-bintik tersebut
berwarna kuning membesar dan memanjang. Jika kelembaban tinggi, cendawan akan
membentuk lingkaran memusat atau konsentris berwarna merah jambu. Serangan pada
buah cabai biasanya diawali dari bagian ujung buah yang mengakibatkan die back
atau mati ujung. Serangan berat akan menyebabkan buah kering dan keriput
(Semangun, 2000) .
Penyebab
Penyakit Colletotrichum
capsici
(Syd.)Butl. Et Bisb. :
- Mempunyai banyak aservulus, tersebar, di bawah kutikula atau pada permukaan, garis tenganya samapi 100 µm, hitam dengan banyak seta.
- Seta coklat tua, bersekat, kaku, meruncing ke atas, 75-100 x 2-6,2 µm.
- Konidium hialin, berbentuk tabung (selindris), 18,6-25,0 x 3,5-5,3 µm, ujung-ujungnya tumpul, atau bengkok seperti sabit.
- Jamur membentuk banyak sklerotium dalam jaringan tanaman sakit atau dalam medium biakan.
Patogen timbul dari
semenjak pembibitan dan bertahan pada tanaman inang yang lain, seperti tomat,
kentang, terong, mentimun ataupun gulma disekitar pertanaman. Patogen akan
bertambah jumlahnya apabila dilakukan penanaman secara terus menerus tanpa
berganti jenis tanaman. Penyakit muncul dari spora yang dihasilkan pada buah
atau daun tanaman yang sakit. Guyuran air menjadi faktor pendorong penyebaran
spora jamur pada partikel tanah. Suhu optimum agar terjadi infeksi pada buah
yaitu 20-24°C dengan kondisi kelembaban permukaan buah yang cukup. Semakin lama
periode kelembaban permukaan buah, maka semakin besar keparahan penyakit
antraknosa. Buah yang berada dekat dengan permukaan tanah adalah yang paling
mungkin terkena infeksi melalui kontak tanah akibat guyuran hujan atau secara
langsung.
Lidah mertua merupakan
sulu liliaceae, lidah mertua biasa ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias.
Berasal dari afrika tropis (setiawan , 2006) . kami melakukan percobaan juga pada lidah mertua yang diberi
biakan cendawan dan ditutup menggunakan isolatip. Terjadi perubahan pada warna
yang menjadi agak kecoklatan.
Pada tanaman cabai yang
kami jadikan bahan untuk praktikum mengalami gejala penyakit pada hari ketiga .
Gejala ini lebih cepat timbul pada
tanaman yang dilukai dari pada yang tidak, karena bakteri mudah masuk kedalam
buah secara cepat menyebar pada cabai.
I.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang
didapat dari praktikum ini adalah :
1.
Tanaman mengalami gejala pada hari
ketiga.
2.
Inokulasi
merupakan kegiatan pemindahan mikroorganisme baik berupa bakteri
maupun jamur
dari tempat atau sumber asalnya ke medium
baru yang telah dibuat dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi dan aseptis.
3.
Faktor yang paling mempengaruhi
perkembangan penyakit adalah suhu yang dijaga agar tetap lembab.
4.
Tanaman yang dilukai lebih cepat
terserang penyakit dibandingkan dengan yang tidk dilukai.
DAFTAR PUSTAKA
Epi.
2009. Teknik Isolasi. Diakses Dari
Http://Www.Scribd.Com/.
Mahneli . 2007. Penyakit Tanaman Sayur. Praswadaya. Jakarta
.
Semangun,
H., 2000. Penyakit – Penyakit Tanaman
Perkebunan Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Setiawan, D. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Puspa Swara.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar