Rabu, 19 November 2014

inokulasi

INOKULASI
 (Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan)






Oleh
Annove Kurnia Arofi
1314121018
    




Description: LOGO.jpg



                                                 











LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
I.    PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang

Gagalnya sel atau jaringan melaksanakan fungsi fisiologisnya akibat gangguan terus-menerus oleh agen primer dan menimbulkan gejala merupakan definisi dari penyakit tumbuhan, dalam ilmu penyakit patogen merupakan penyebab penyakit pada tumbuhan. Salah satu cara untuk mengidentifikasi penyakit dengan menggunakan metode postulat koch, metode ini menentukan kriteria yang diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu. 

Inokulasi merupakan salah satu metode dalam postulat Koch. Inokulasi merupakan kegiatan pemindahan mikroorganisme baik berupa bakteri maupun jamur dari tempat atau sumber asalnya ke medium baru yang telah dibuat dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi dan aseptis. Untuk itu maka dilakukan praktikum mengenai inokulasi pada tanaman sehat agar mahasiswa dapat mengetahui cara inokulasi dan mempraktekannya secara langsung.


1.2    Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
1.     Mengetahui inokulasi metode postulat koch
2.     Mengetahui dan mempraktekan cara-cara inokulasi

I.                METODOLOGI PERCOBAAN


1.1    Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah plastik pembungkus, nampan, tissue, sedotan, jarum pentul. Bahan –bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah cabai merah , cabai hijau ,air, isolasi biakan bakteri C. capsici dan.


1.2    Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan kali ini adalah tissue diletakkan diatas nampan dan dibasahi dengan air samapi menjadi lembab. Diletakkan 5 sedotan secara sejajar diatas tissue untuk diletakkan dua cabai merah dan dua cabai hijau. Satu cabai merah dan satu cabai hijau terlebih dahulu di lukai dengan jarum dan diberi biakan bakteri C. capsici , sedangkan yang lainnya sengaja tidak dilukai. Setelahnya baru diletakkan cabai dan nampan ditutup dengan plastik dengan rapat. Setiap hari dilakukan pengamatan dan dipastikan keadaan nampan selalu lembab agar inokulasi yang diinginkan terjadi.
I.                HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


1.1            Hasil Pengamatan

Adapun hasil dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
No
Gambar
Kelompok
Keterangan
1
Description: kelompok 1.jpg
Kelompok 1
(tidak dilukai)
Terlihat gejala berupa bercak kehitaman pada cabai
2

Description: kelompok 2.jpg

Kelompok 2
(tidak dilukai)
Terlihat gejala berupa bercak kehitaman pada cabai
3
Description: kelompok 3, hri ke 4 kamis.jpg
Kelompok 3
(tidak dilukai)
Gejala muncul pada hari ke 4, yaitu pada hari Kamis


4

Description: kelompok 4.jpg
Kelompok 4
(tidak dilukai)
Tidak Nampak gejala pada cabai, sehingga dapat dikatan percobaan tidak berhasil
5

Description: kelompok 5, hari ke 4 kamis.jpg
Kelompok 5
(dilukai)
Gejala muncul pada hari ke 4, yaitu pada hari Kamis. Gejala berupa bercak hitam yang meluas
6

Description: kelompok 6.jpg
Kelompok 6
(dilukai)
Gejala muncul pada hari ke 3, yaitu pada hari Rabu
7

Description: kelompok 7.jpg

Kelompok 7
(dilukai)
Terlihat gejala berupa bercak berwarna hitam pada cabai
8

Description: kelompok 8.jpg

Kelompok 8
(dilukai)
Terlihat gejala berupa bercak berwarna hitam pada cabai
3.2    Pembahasan

Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit antraknosa . Spora tumbuh paling baik pada suhu 25-280C sedang di bawah 50C  dan  di atas 400C tidak dapat berkecambah. Pada kondisi yang lembab, bercak-bercak pada daun akan menghasilkan kumpulan konidia yang berwarna putih. Faktor lingkungan yang kurang menguntungkan seperti peneduh yang kurang, kesuburan tanah yang rendah, atau cabang yang menjadi lemah karena adanya kanker batang. Jamur juga dapat mengadakan infeksi melalui bekas tusukan atau gigitan serangga (Mahneli 2007).
Gejala antraknosa yang ditimbulkan tanaman cabai apabila terserang oleh jenis cendawan Collectrochum capsici adalah menunjukkan bercak coklat kehitaman pada buah, kemudian menyebar yang menyebabkan  buah menjadi busuk. Sehingga pada akhirnya cabai merah menjadi mengerut dan mengering seperti jerami padi. Sedangkan apabila diserang oleh cendawan Gloesperium sp.menunjukkan bercak cokelat dengan bintik-bintik berlekuk. Pada bagian tepi bintik-bintik tersebut berwarna kuning membesar dan memanjang. Jika kelembaban tinggi, cendawan akan membentuk lingkaran memusat atau konsentris berwarna merah jambu. Serangan pada buah cabai biasanya diawali dari bagian ujung buah yang mengakibatkan die back atau mati ujung. Serangan berat akan menyebabkan buah kering dan keriput (Semangun, 2000) .
Penyebab Penyakit Colletotrichum capsici (Syd.)Butl. Et Bisb. :       
  • Mempunyai banyak aservulus, tersebar, di bawah kutikula atau pada permukaan, garis tenganya samapi 100 µm, hitam dengan banyak seta.
  • Seta coklat tua, bersekat, kaku, meruncing ke atas, 75-100 x 2-6,2 µm.
  • Konidium hialin, berbentuk tabung (selindris), 18,6-25,0 x 3,5-5,3 µm, ujung-ujungnya tumpul, atau bengkok seperti sabit.
  • Jamur membentuk banyak sklerotium dalam jaringan tanaman sakit atau dalam medium biakan.
Patogen timbul dari semenjak pembibitan dan bertahan pada tanaman inang yang lain, seperti tomat, kentang, terong, mentimun ataupun gulma disekitar pertanaman. Patogen akan bertambah jumlahnya apabila dilakukan penanaman secara terus menerus tanpa berganti jenis tanaman. Penyakit muncul dari spora yang dihasilkan pada buah atau daun tanaman yang sakit. Guyuran air menjadi faktor pendorong penyebaran spora jamur pada partikel tanah. Suhu optimum agar terjadi infeksi pada buah yaitu 20-24°C dengan kondisi kelembaban permukaan buah yang cukup. Semakin lama periode kelembaban permukaan buah, maka semakin besar keparahan penyakit antraknosa. Buah yang berada dekat dengan permukaan tanah adalah yang paling mungkin terkena infeksi melalui kontak tanah akibat guyuran hujan atau secara langsung.
Lidah mertua merupakan sulu liliaceae, lidah mertua biasa ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias. Berasal dari afrika tropis (setiawan , 2006) . kami melakukan  percobaan juga pada lidah mertua yang diberi biakan cendawan dan ditutup menggunakan isolatip. Terjadi perubahan pada warna yang menjadi agak kecoklatan.
Pada tanaman cabai yang kami jadikan bahan untuk praktikum mengalami gejala penyakit pada hari ketiga . Gejala ini lebih cepat  timbul pada tanaman yang dilukai dari pada yang tidak, karena bakteri mudah masuk kedalam buah secara cepat menyebar pada cabai.



I.                KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah :
1.     Tanaman mengalami gejala pada hari ketiga.
2.     Inokulasi merupakan kegiatan pemindahan mikroorganisme baik berupa bakteri maupun jamur dari tempat atau sumber asalnya ke medium baru yang telah dibuat dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi dan aseptis.
3.     Faktor yang paling mempengaruhi perkembangan penyakit adalah suhu yang dijaga agar tetap lembab.
4.     Tanaman yang dilukai lebih cepat terserang penyakit dibandingkan dengan yang tidk dilukai. 


DAFTAR PUSTAKA


Epi.  2009.  Teknik Isolasi. Diakses Dari  Http://Www.Scribd.Com/. 

Mahneli . 2007. Penyakit Tanaman Sayur. Praswadaya. Jakarta .

Semangun, H., 2000. Penyakit – Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Setiawan, D. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Puspa Swara. Jakarta.



 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar