Kamis, 04 Desember 2014

pengenalan jamur entomopatogen



I.    PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang

Secara umum pengertian pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). makhluk hidup dalam kelompok ini diistilahkan juga sebagai organisme yang berguna yang dikenal juga sebagai musuh alami, seperti predator, parasitoid, pathogen. Musuh alami ini sangat membantu dalam bekerja menghindari adanya penganggu tanaman.

Pengenalan jamur entomopatogen merupakan salah satu hal yang penting untuk kita pelajari dan menambahkan ilmu kita dalam mengenal hama tumbuhan . Dalam praktikum ini kita menggunakan Metarhizium anisopliae, Beauveria bassiana dan Aspergillus sp.sebagai contoh jamur yang akan kita amati. Dari jamur ini kita dapat melihat perbedaan ketiganya.


1.2    Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum kali ini dilakukan adalah sebagai berikut:
1.     Mengetahui jamur entomopatogen.
2.     Memahami perbedaan Metarhizium anisopliae, Beauveria bassiana dan Aspergillus sp.



















II.    METODOLOGI PERCOBAAN


2.1    Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah mikroskop, kertas, pena, kamera HP dan kaca preparat. Sedangkan bahan yang digunakan adalah biakan Metarhizium sp.


2.2    Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang pertama adalah mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh asisten kemudian mencatat penjelasan – penjelasan yang dianggap penting. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap biakan Metarhizium sp. , mengambil sedikit biakan yang kemudian diletakkan pada kaca preparat. Kemudian dilakukan pengamatan dibawah mikroskop dan setelah mendapatkan objek yang diamati difoto dengan kamera HP.








III.  HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1    Hasil Pengamatan

Adapun data pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:
No
Foto
Gambar
Keterangan
1.
Metarhizium sp.




1.   Konidiofor
2.   Spora
3.   Phialid
2.
Beauveria sp.

1.   Spora tua
2.   Spora muda
3.   Hifa
4.   Sel konidiogenous
3.
Aspergillus sp.
1.    Conidial chain
2.    Phialid
3.    Vesikel
4.    Konidiofor
5.    Kaki sel



















3.2    Pembahasan

Dalam kegiatan pertanian, terdapat berbagai kendala yang membatasi produksi hasil pertanian. Salah satu masalah yaitu adanya organisme pengganggu tanaman. Organisme pengganggu tanaman ini berupa hama , penyakit dan gulma. Sejak dahulu untuk mengatasi kendala tersebut selalu diusahakan dengan berbagai cara,antara lain dengan meracuni organisme penganggu tersebut dengan racun-racun yang berasal dari tumbuhan (Oka, 1995).

Kingdom         : Fungi
Filum              : Eumycota
Kelas               : Deuteromycetes
Ordo                : Moniliales
Famili             : Moniliaceae
Genus              : Metarhizium
Spesies            Metarhizium anisopliae

Jamur Metarhizium anisopliae yang sebelumnya dikenal dengan nama anisopliae entomophora yang merupakan jamur yang dapat hidup di tanah. Jamur ini telah dilaporkan telah menginfeksi sekitar 200 jenis serangga dan arthopoda lainnya. Meskipun jamur inni tiak menular atau beracun untuk mamalia, namun jika menghirup spora dari jamur tersebut dapat menyebabkan reaksi alergi pada individu yang sensitive (Prabowo, 2002).

Metarhizium anisopliae masuk ke dalam tubuh serangga melalui spirakel dan pori-pori atau kutikula dari tubuh serangga. Setelah masuk ke dalam tubuh serangga, jamur menghasilkan perpanjangan hifa lateral yang akhirnya berkembangbiak dan mengkonsumsi organ internal serangga. Pertumbuhan hifa berlanjut sampai serangga tersebut ditumbuhi dengan miselia. Selanjutnya jamur akan beristirahat melalui kutikula dan sporulates , yang membuat serangga tampak seperti diselimuti bulu halus berwarna putih (Sudarmo, 2000).

Jamur Metarhizium memiliki inang asli yaitu  larva Oryctes rhinoceros. Jamur ini akan membentuk konidia dimana konidia terbentuk setelah satu minggu pertumbuhan, mula-mula berwarna putih kemudian berangsur menjadi hijau apabila telah masak.  Pembentukan konidia terdiri dari kuncup dan tunas yang memanjang pada kedua sisi konidiofor tersebut.  Umumnya sebuah rantai konidia bersatu membentuk sebuah kerak dalam media (Gabriel, 1989).

Kingdom         : Fungi
Filum              : Ascomycota
Kelas               : Ascomycetes
Ordo                : Hypocreales
Famili             : Clavicipitaceae
Genus              : Beauveria
Spesies            : Beauveria bassiana

Dalam infeksinya, Beauveria bassiana  akan terlihat keluar dari tubuh serangga terinfeksi , mula-mula dari bagian alat tambahan (apendages) seperti antara segmen-segmen antenna, antara segmen kepala dengan toraks, antara segmen toraks dengan abdomen dan antara segmen abdomen dengan cauda ( ekor). Setelah beberapa hari permukaan tubuh serangga yang terinfeksi akan tertutupi massa jamur yang berwarna putih (Sudarmo, 2000).

Beauveria bassiana  secara alami terdapat didalam tanah sebagai jamur saprofit. Pertumbuhan jamur di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah , seperti kandungan bahan organic, suhu, kelembapan, kebiasaan makan serangga, adanya pestisida sintetis dan waktu aplikasi.

Cendawan ini mempunyai miselia yang bersekat dan berwarna putih, dan bila menginfeksi kedalam tubuh serangga, maka Cendawan ini terdiri atas banyak sel, dengan diameter 4 μm, dan diluar tubuh serangga ukurannya lebih kecil yaitu 2 μm. Hifa fertil terdapat pada cabang (branchlets), tersusun melingkar (verticillate) dan biasanya menggelembung atau menebal. Konidia menempel pada ujung sisi konidiofor atau cabang-cabangnya. Konidia bersel satu, bentuknya oval agak bulat (globose) sampai dengan bulat telur (obovate), berwarna hialin dengan diameter 2 – 3 um. Konidiofor berbentuk zig-zag dan berkelompok, sedang miselium di bawahnya menggelembung. Bentuk konidiofor yang zigzag merupakan ciri khas dari genus Beauveria (Suntoro, 1991).

Kerajaan         :     Myceteae
Divisi              :     Amastigomycota
Kelas               :     Ascomycetes
Ordo                :     Eurotiales
Famili             :     Euroticeae
Genus              :     Aspergillus
Spesies            :     Aspergillus sp.                  (Sudiro, 1993).

Ciri-ciri spesifik Aspergillus adalah sebagai berikut:
a)     Hifa septat dan miselium bercabang, biasanya tidak berwarna , yang terdapat di bawah permukaan merupakan hifa vegetatif , sedangkan yang muncul di atas permukaan umumnya merupakan hifa fertil.
b)     Koloni kompak.
c)     Konidiofora septat atau nonseptat muncul dari “foot cell”.
d)     Konidiofora membengkak menjadi vesikel pada ujungnya, membawa sterigmata dimana tumbuh konidia.
e)     Konidia membentuk rantai berwana hijau, coklat dan hitam.
f)      Beberapa spesies tumbuh baik pada suhu 37 ͦC (Sridewi,2007).




IV.    KESIMPULAN


Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1.     Metarhizium anisopliae, Beauveria bassiana dan Aspergillus sp. merupakan jamur entomopatogen.
2.     Metarhizium anisopliae dapat menyebabkan alergi pada individu yang sensitive.
3.     Metarhizium anisopliae berwarna hijau, Beauveria bassiana berwarna putih dan Aspergillus sp berwarna hijau coklat dan hitam.
4.     Membedakan ketiga jamur ini dengan menemukannya phialide nya.
5.     Jamur entomopatogen dapat dikatakan sebagai jamur patogen yang bersifat sapofit.






DAFTAR PUSTAKA


Gabriel B, Riyatnoo P. 1989. Metharizium Anisopliae (Meetsch) Sor. Taksonomi,
Patologi, Produksi Dan Aplikasinya. Proyek Pengembangan Perlindungan Tanaman Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Oka,  Ida N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Prabowo, T. 2002. Hama Tanaman Pangan Dan Perkebunan . Bumi Aksara . Jakarta.

Sridewi , 2007. Pengenalan Jamur Secara Spesifik. Kanisius. Jakarta.

Sudarmo, 2000. Pengendalian Serangga Hama. Kanisius. Yogyakarta.

Sudiro, Wahyu. 1993. Mikrobiologi Umum. Erlangga. Jakarta.

Suntoro. 1991. Uji Efikasi Beauveria Bassiana (Balls) Terhadap Pengendalian Hama
Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus Hampei). Tesis: Fakultas Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar